Melawan Kekhawatiran dengan Mendidik Diri Sendiri


Bismillaahirrahmanirrahiim

Alhamdulillaahi washolatu wasalamu ‘alaa rasulillaah wa ba’d

Alhamdulillah senang rasanya bisa dikasih kesempatan sama Allah buat coret-coret disini lagi. Rasanya udah lamaa banget yaa. Hmm, tadi pagi ga sengaja nemu bacaan yang bikin diri jadi tambah mensyukuri semua nikmat Allah. Salah satu postingan dari akun instagram yang lumayan saya ikutin yang namanya @amuslimhomeschool, begini isi postnya:

When I became a parent I was 23. All I wanted for my child was to raise her upon Islam and teach her everything. Help her be the best she can be bi’ithnillaah.

The more I learn about Islam, the more I realise I don’t know. When I was 23 I knew very  little, even though I didn’t realise it then.

I get question sent to me all the time, asking how to begin homeschooling a young child. What I’ll say to you, is something I know now, that I didn’t know when I was a 23 year old first time Mum:

Educate yourself!

Whatever you learn, you will pass onto your child.

Educate yourself about your religion. About Tawheed. About ‘Aqeedah. About Qur’an, Tajweed and Tafseer. About Seerah. Learn Islam. Study the books our Scholars have advised us to read. 

It becomes too easy to make education all about the kid and what they need to know in our hurry to ensure they get a head start. But what about what we need to know?

If we are educated in the important matters, our children will be also.

So study, attend local lessons and conferences, listen to audio classes, do what you can study so that you can benefit yourself first, and then you will automatically benefit your children inshaAllah.

****

7d65a027323893_5636398403fab

Tulisan tadi jadi bikin saya merenung agak dalam. Iya yaa. Kalo boleh di-iya-in, dulu saya memulai semua yang sedang saya jalami sekarang karena ketakutan dan kekhawatiran akan masa depan. Takut ga bisa bahagiain orang tua dan keluarga, karena setelah ngaji jadi ngerasa banyak banget pandangan yang beda. Takut karena belum tau caranya gimana kompromi sama orang tua. Takut dapat kerjaan yang justru menjauhkan kita dari Allah. Kalo nikah takut malah jadi istri yang kufur, takut jadi sosok ibu yang tidak bisa bijak dalam mendidik. Takut ga bisa ngasih persembahan terbaik buat orang-orang terdekat. Pokoknya banyak banget takut dan khawatirnya. Ada yang merasakan hal sama?
Yang ngikutin blog saya pasti dulu sempat nemuin banyak tulisan saya tentang bentuk kekhawatiran semacam itu. Beberapa sudah saya hapus karena merasa ada poin pembelajarannya. Beberapa tulisan lama sengaja saya biarkan untuk tujuan evaluasi perkembangan skill tulis menulis.

Tentang ketakutan dan kekhawatiran, dari keduanya ternyata bisa memunculkan semangat untuk belajar. Justru dari bentuk ketakutan itu, kita bisa belajar buat gimana cara menjadi berani menatap masa depan. Dari kekhawatiran itu, kita bisa menyerap energi baik untuk terus tumbuh dan berkembang.

Sama persis seperti hal tersirat dalam postingan tadi, semuanya berangkat dari kekhawatiran seorang ibu yang bingung harus mulai homeschool dari mana. Namun setelah belajar, dan makin belajar, nanti Allah akan kasih kita pemahaman.

Jadi makin kerasa kaan feel hadist “Tholabul ‘ilmi fariidhotun ‘alaa kulli muslimin”. Segitu butuhnya kita sama ilmu. Makin kesini jadi makin sadar dan banyak merenungnya. Lebih banyak diam bukan karena ga mau amar ma’ruf nahi munkar. Tapi pengen coba mendidik diri buat belajar lebih fokus ke action, ngamalin ilmu dari diri sendiri dulu.

Kekhawatiran dan ketakutan , yang saya pelajari sejauh ini ternyata bisa menjadi sebuah awal yang baik untuk fase pembelajaran, utamanya dalam mendidik diri sendiri. Ga perlu ngerasa “apa aku yang alay?” (dulu saya ngerasa gitu). Khawatir dan takut ternyata sebuah hal wajar dan manusiawi. Yang darinya dapat menjadikan kita bisa haus akan ilmu.

“Ohh iya, berarti aku harus belajar…”

“Oke, ini mah harus belajar!”

****

UN-blooming-flowers-layers-with-changing-stems-and-longer-end-large

Jadi, apapun dan bagaimanapun bentuk kekhawatiran yang mungkin sekarang teman-teman rasain. Anggap itu sebagai media pembelajaran untuk mendidik diri sendiri. Jangan pernah merasa puas dengan apa yang kita pahami saat ini. Sungguh, apa yang kita ketahui saat ini sangatlah sedikit. Apa yang sedikit ini, jangan lupa untuk diamalkan. Senantiasa perbanyak syukur dan tingkatin terus semangatnya dalam mencari ilmu.

Hadaanallaahu wa iyyakum

 

Kota Kembang
Ummu Kiram

 

 

2 Comments Add yours

    1. UmmuKiram says:

      Miss you too, Darling 🌷

Leave a comment