Ringkasan “Pendidikan Anak Berdasarkan Aqidah”


Pemateri: Dr. Barokah ath Tholhi, MA.
Penerjemah: Arfah Nur Laila Ummu Faynan, Lc., MA.
Judul: Pendidikan Anak Berdasarkan Aqidah

****

54ecb812110a956223c2b310525d761a
Source: Pinterest

Allah memerintahkan kita agar berbuat baik kepada kedua orang tua, bermacam-macam kebaikan yang dapat kita perbuat untuk orang tua kita.
Allah melarang kita mengucapkan “uf” kepada kedua orang tua, tidak meninggikan suara, dan berkatalah kepada orang tua dengan ucapan yang mulia, lemah lembut, agar kita selalu menjaga kemuliaan kedua orang tua.

Ibnu Katsir mengatakan, “Janganlah engkau memperdengarkan pada keduanya kata-kata yang buruk. Bahkan jangan pula mendengarkan kepada mereka kata ‘uf’ (menggerutu) padahal kata tersebut adalah sepaling rendah dari kata-kata yang jelek.”
Rendahkan diri (penuh kasih sayang) dihadapan kedua orang tua.
Orang tua kita memberi kita makan, minum, kebutuhan hidup. Hewan pun juga demikian. Namun, apa yang membuat perbedaan di antara itu ? Yaitu “Pendidikan”.
Sesungguhnya pendidikan anak adalah hal yang paling penting.

Perkara-perkara pendidikan anak berdasarkan aqidah:

1. Menikahkan dengan laki-laki yang shaleh.
Yang terpenting bagi orang tua (ayah) saat akan menikahkan anak perempuan hal pertama yang di lihat dari laki-laki tersebut adalah agamanya. Begitu juga sebaliknya untuk perempuan.

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam pun menganjurkan memilih istri yang baik agamanya;

تنكح المرأة لأربع: لمالها ولحسبها وجمالها ولدينها، فاظفر بذات الدين تربت يداك

“Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.” (HR. Bukhari-Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

إذا جاءكم من ترضون دينه وخلقه فزوجوه إلا تفعلوه تكن فتنة في الأرض وفساد كبير

“Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (HR. Tirmidzi. Al Albani berkata dalam Adh Dho’ifah bahwa hadits ini hasan lighoirihi)

2. Perasaan tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anaknya.
Laki-laki merupakan pemimpin di dalam keluarganya. Perempuan juga merupakan pemimpin dirumah suaminya (terhadap anak-anaknya)
Ibu berkewajiban memberikan perawatan dan pendidikan yang baik bagi anaknya.

Di dalam Ash-Shahihain dari Abdullah bin Umar Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda,

“Kalian semua adalah pemimpin dan kalian semua akan diminta pertanggungjawaban, seorang imam adalah pemimpin dan ia nanti akan diminta pertanggungjawaban, seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia nanti akan diminta pertanggung jawabannya, seorang wanita adala pemimpin di rumah suaminya dan ia nanti akan diminta pertanggungjawabannya.”

Orang tua hendaknya memelihara fitrah anak agar tidak terkena noda syirik dan dosa-dosa lainnya.

3. Masing-masing orang tua mempunyai semangat untuk menjadi suri teladan bagi anak-anaknya.

Jika seorang anak melihat orangtuanya yang sedemikian, maka dengan izin Allah anak itu akan meniru apa yang dilakukan orangtuanya. Dia akan selalu memohon kepada Allah ampunan bagi kedua orangtuanya,

Robbigh firli waliwali dayya
“Ya Allah ampunilah aku dan kedua orangtuaku”
Dia akan selalu mengucapkan:
Robbbirhamhuma kama robbayani shoghiro
“Ya Allah, kasihanilah mereka berdua sebagaiaman mereka telah mendidikku diwaktu kecil”.
dan anak akan selalu melakukan sesuatu yang biasa dilakukan oleh kedua orangtuanya.

4. Memperhatikan masyarakat sekitar / lingkungan sekitar.
Teman yang baik akan mengajak kepada kebaikan. Dan sebaliknya, teman yang buruk akan mengajak kepada keburukan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Artinya : Setiap anak dilahirkan diatas fitrahnya, ibu bapaknyalah yang menjadikan ia yahudi, nashrani atau majusi” [Muttafaqun Alaih]

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan bahwa agama seseorang itu tergantung lingkungan pergaulannya. Beliau bersabda,

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

“Seseorang itu akan mengikuti agama teman dekatnya (lingkungan pergaulannya). Oleh karena itu hendaknya kalian perhatikan siapakah yang kalian jadikan sebagai teman dekatnya” (HR Abu Daud no 4833, dinilai hasan oleh al Albani).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

الْمُؤْمِنُ مِرْآةُ (أخيه) الْمُؤْمِنِ

Seorang mukmin cerminan dari saudaranya yang mukmin

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

Seseorang itu tergantung pada agama temannya. Oleh karena itu, salah satu di antara kalian hendaknya memperhatikan siapa yang dia jadikan teman

Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammenjelaskan tentang peran dan dampak seorang teman dalam sabda beliau :

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة

“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)

5. Memperhatikan pendidikan anak sejak mereka masih kecil.
Ketika anak masih kecil, didiklah dan ajarkan kepada mereka hal-hal yang baik.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendidik ‘Umar bin Abi Salamah adab makan yang benar. Beliau berkata pada ‘Umar,

يَا غُلاَمُ سَمِّ اللَّهَ ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ

“Wahai anak kecil, sebutlah nama Allah (bacalah bismillah) ketika makan. Makanlah dengan tangan kananmu. Makanlah yang ada di dekatmu.” (HR. Bukhari no. 5376 dan Muslim no. 2022)

IMG_6758 copy
Source: Pinterest

6. Mulailah ajarkan ilmu syar’i (agama) yang sesuai dengan umur mereka.
Ajarkanlah kepada anak-anak hal yang paling penting yaitu, Tauhid, dan Ibadah. Kemudian, ajarkanlah agar berbuat baik kepada kedua orangtuanya.

Ajarkanlah Tauhid, yaitu bagaimana mentauhidkan Allah, dan jauhkan serta laranglah anak dari berbuat syirik. Sebagaimanan nasihat Luqman kepada anaknya,

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika ia memberi pelajaran kepadanya, ‘Wahai anakku! Janganlah engkau memperskutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.’” [Luqman: 13]

Hak yang di ajarkan:
1. Hak Allah
Hak Allah dalam tauhid, Asma dan shifat ( nama dan sifat Allah)
2. Hak Rasulullah
Hak mencintai Rasulullah, mengikuti Rasulullah
3. Hak orang tua
4. Hak seluruh manusia.

7. Mulailah mengajarkan anak-anak ilmu yang penting.
Ajarkan mereka menghafal ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits. Serta mencari berbagai sarana yang baik sebagai penunjangnya. Orang tua juga dapat membuat jadwal setoran hafalan untuk anaknya.
8. Mengajarkan aqidah yang benar kepada anak.
Ajarkanlah anak-anak kalimat syahadat “Lailahaillallah” yang artinya Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allâh.

Dari ibnu ‘Abbas bahwa Nabi shalallahu’alaihi wassalambersabda, “Ajarkan kalimatlaailaha illallah kepada anak-anak kalian sebagai kalimat pertama dan tuntunkanlah mereka mengucapkan kalimat laa ilaha illallah ketika menjelang mati.” (HR. Hakim)

Kita juga bisa melihat bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam mengajarkan permasalahan aqidah pada Ibnu Abas radhiyallahu ‘anhu yang pada saat itu dia masih kecil.
Imam Tirmidzi meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu bahwa ia berkata: Pada suatu hari saya pernah membonceng di belakang Rasulullah lalu beliau bersabda,

“Wahai anak muda, sesungguhnya aku mengajarkan kepadamu beberapa kalimat. Jagalah Allah, niscaya Ia juga akan menjagamu. Jagalah Allah niscaya engkau akan mendapati-Nya ada di hadapanmu. Apabila engkau meminta sesuatu, mintalah kepada Allah. Ketahuilah, andaikan saja umat seluruhnya berkumpul untuk memberikan kemanfaatan kepadamu mereka tidak akan bisa memberikan manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andaikan saja mereka bersatu untuk menimpakan kemudharatan terhadapmu, mereka tidak akan bisa memberikan kemudharatan itu terhadapmu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembar catatan telah kering.”

kita juga banyak mendapati ketika anak terjatuh pada kesalahan-kesalahan, mereka membiarkan begitu saja dengan berdalih “Ah… tidak apa-apa, mereka kan masih kecil.”
Dalih yang disampaikan memang tidak sepenuhnya salah, namun sayangnya tidak diletakkan pada tempatnya

9. Orangtua bersemangat agar anak-anaknya bersahabat dengan orang-orang yang baik & semisalnya.
perlu diperhatikan teman pergaulan anaknya, karena sangat bisa jadi pengaruh jelek temannya akan berimbas pada perilaku dan akhlak anaknya.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
“Seseorang bergantung pada agama temannya. Maka hendaknya ia melihat dengan siapa dia berteman.”

10. Mendidik agar mengedepankan hak siapa yang lebih penting.
● Hak Allah
• Mentaati perintah-Nya
• Membenarkan ucapan-Nya
•  menjauhi larangan-Nya
• Tidak beribadah kecuali kepada Allah

● Hak Rasulullah
● Hak orang tua

Jika orangtua memerintahkan dalam syirik, maksiat dan bid’ah, maka tidaklah ada ketaatan.

Allah Ta’ala berfirman,
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS. Lukman: 15).

11. Menanamkan kepada anak bahwa Allah senantiasa mengawasi.
Ajarkanlah anak agar shakat tepat waktu, dan bersabar.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مُـرُوْا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّـلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا، وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ.

“Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur 7 tahun, dan kalau sudah berusia 10 tahun meninggal-kan shalat, maka pukullah ia. Dan pisahkanlah tempat tidurnya (antara anak laki-laki dan anak wanita).”

Mengajarkan anak tentang Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Mengajarkan anak agar memiliki akhlak yang mulia, tidak sombong dan berbangga diri.

 

12. Menggunakan sarana untuk memotivasi anak.
Jangan menghukum anak dengan hal yang tidak bisa dilakukan oleh anak, jangan sampai mengancam anak dengan hal yang tidak baik, jangan menghukum anak dengan menguncinya di dalam kamar, dan jangan memukulnya dengan keras.
Hendaklah seorang ibu memiliki kasih sayang. Semisalnya ketika anak pergi sekolah. Biasakan agar anak mencium tangan orang tua, memberi salam, dan kepada seorang ibu peluklah anak dan beri ia ciuman ketika hendak berangkat sekolah.

13. Menjauhkan anak dari hal-hal yang menyibukkan mereka yang menimbulkan si anak melupakan hapalannya.

 

14. Ketika anak bertambah usia, makan bertambahlah tanggung jawab orang tuanya.
Ketika seorang ibu memberi hukuman, hendaknya berikan hukuman sesuai umur anaknya. Anak yang sudah besar di ajak bermusyawarah, tetapi seorang ibu tetap membimbingnya.
Jangan sampai memukul, mencela, dan mengatakan/mengucapkan hal yang tidak baik. Seperti dengan ucapan hewan, bodoh, dan ucapan buruk lainnya.
Jangan memukul anak sebelum usia 10 tahun. Jangan memukul karena anak melakukan kesalahan kecil. Jika pun memukul karena anak sengaja meninggalkan shalat jangan pukul di bagian wajahnya.
Memukul anak dalam rangka mendidik, dan tetap pergauli anak dalam muamalah yang baik.

Memperhatikan gerak-gerik mereka, tanpa memata-matai.
Memberikan sesuatu sesuai dengan kebutuhannya, seperti di dalam kisah Nabi Yusuf.
Memisahkan anak-anak pada kamar yang berbeda (antara anak laki-laki dan perempuan)

Memberikan solusi / bimbingan pada waktunya.
Sebagian ibu terlalu membela anaknya, sampai  si anak terus berbuat kesalahan karena merasa di bela oleh ibunya, dan jangan terlalu membela di depan anak.
Menggunakan kata-kata yang baik, memanggil mereka dengan panggilan yang baik.

15. Memohon pertolongan kepada Allah, memohon taufik untuk keshalehan anak dan keturunan.

 

Allaahu a’lam

Leave a comment