Manajemen Finansial (Masa Lajang)


Source: Pinterest

Bismillaahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah yang masih memberi kita nikmat kesehatan dan  waktu luang. Kali ini saya ingin sedikit berbagi mengenai manajemen finansial masa lajang yang sudah coba saya belajar praktikkan selama ini. Jatuh bangun sebenarnya prosesnya, hehe. Dari awalnya yang belum sadar finansial sama sekali sampai akhirnya masuk ke fase, “kok ternyata rencana finansialku banyak tapi belum ada yang tercapai satupun“. Dari sana akhirnya, nyoba belajar pelan-pelan. Ambil  dari beberapa referensi. Karena sejatinya saya bukan seorang expert, belajar juga tujuannya biar bisa dipraktekin sama diri sendiri dulu, jadi seringnya nyari insight yang applicable (mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari).

Referensinya engga banyak sih, tapi poin pentingnya tadi, yaitu mudah diaplikasikan dalam anggaran sehari-hari. Saya ambil referensinya dari bukunya Teh Patra, judulnya “Keluarga Muslim Cerdas Finansial”, dengerin podcast via aplikasi Inspigo yang disampaikan Mbak Prita Ghozie (CEO ZAP Finance) tentang finansial, baca-baca dari Instagram Jouska Indonesia, sharing dengan teman, dll. Sekali lagi, saya sendiri pun masih struggle banget sampai detik ini buat berusaha mempertahankan konsistensi anggaran pribadi. Jadi apapun yang saya tulis disini bukanlah suatu hal yang mutlak. Tujuannya hanya ingin sharing saja yaa untuk memperluas sudut pandang. Adapun jika ditemukan banyak perbedaan dalam hal konsep atau hal-hal yang teman-teman praktikkan selama ini, feel free to share yaa ^^. Okay kita mulai saja. Yang pertama-tama perlu kita benahi adalah…

>> MINDSET kita tentang keuangan

Kenapa meluruskan mindset sangat penting?

Karena mindset adalah konsep/pondasi. Jika konsep finansial kita salah arah, bisa dipastikan kita tidak akan pernah bisa mencapai tujuan yang sudah kita rumuskan sebelumnya. Konsep pertama yang harus benar-benar terpatri dalam mindset kita bahwa harta yang kita peroleh adalah milik Allah, sama sekali bukan milik kita. HARTA ADALAH TITIPAN yang nantinya akan Allah minta pertanggung-jawabannya, darimana kita memperolehnya dan untuk apa saja kita membelanjakannya.

Islam sangat menghargai apapun yang bermanfaat bagi manusia, termasuk diantaranya harta. Diantara buktinya, bisa kita lihat dalam kajian seputar dharuriyat al-khmas (5 hal yang mendesak), yang menjadi maqasid as-Syariah (tujuan dasar syariah). Diantara 5 hal yang mendesak adalah hifdzul mal (menjaga harta). Karena itu, harta dalam islam tidak boleh disia-siakan. Karena itu, Allah mencela setiap tindakan penyia-nyia-an terhadap harta, seperti sikap mubadzir atau israf (boros).

Dalam hadits dari Abu Barzah al-Aslami radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ … وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ…

Kaki seorang hamba di hari kiamat tidak akan bergeser sampai dia ditanya tentang (beberapa hal, diantaranya) tentang hartanya, dari mana dia dapatkan dan untuk apa dia gunakan…  (HR. Tirmidzi 2602, ad-Darimi 546 dan statusnya hasan)

Sehingga dasar acuan kita memperoleh dan membelanjakan sebisa mungkin harus sesuai dengan kehendak Allah. Misal pos pemasukan jelas sumbernya darimana saja, harus memprioritaskan bayar hutang terlebih dulu, pos untuk sedekah/infaq, pos untuk pendidikan/ilmu dll.

>> Financial check up

Pernah gak sih sekali waktu kita nyoba itung berapa total jumlah hutang kita, berapa total jumlah aset, jumlah tabungan/investasi kita sampai detik ini, kalau misal ambil keputusan engga lanjut kerja, kira-kira tabungan bisa mengcover kebutuhan kita sampai kapan?

Nah ini yang dinamakan financial check up. Sebelum kita berlanjut menentukan tujuan finansial, kita perlu melakukan financial check up terlebih dulu. Tujuannya biar apa? Untuk mengetahui keadaan sebenarnya tentang finansial kita, apakah hutang kita lebih banyak daripada aset atau tabungan yang kita miliki? Atau justru sebaliknya?

Inti dari financial check up adalah tracking keuangan kita sejauh ini. Hitung sampai TUNTAS berapa total hutang, berapa total aset, berapa total tabungan/investasi. Misal keadaan jumlah hutang lebih banyak, apakah aset dan tabungan kita bisa digunakan untuk menutup semua hutang? Prioritaskan bayar hutang terlebih dulu. Kita jangan berbicara soal investasi  jika hutang kita masih sana sini. Selesaikan perkara hutang sampai tuntas. Kalau misal gak punya hutang, alhamdulillah amaaan :))

Kalau punya cicilan bagaimana? Kan itu dibayarnya bulanan… Nah, kalau untuk cicilan nanti bisa kita masukkan ke pos pengeluaran kebutuhan bulanan yang nanti akan kita bahas. Maksud hutang disini yang harus diselesaikan adalah hutang urgen yang sebenarnya bisa kita lunasi dengan segera.

Langkah selanjutkan, silakan cek dompet masing-masing. Ada berapa kartu ATM yang kita punya?
Beberapa ahli finansial menyarankan agar membedakan rekening untuk pengeluaran rutin, tabungan dan investasi. Karena jika rekening kita hanya ada satu, maka akan susah pengaturan dan pengontrolannya. Dana tabungan akan selalu tercampur dengan dana pengeluaran bulanan dan akan susah menargetkan angka tabungan karena bisa jadi/tidak sengaja terpakai terus. Tabunganpun jika mau aman dan gak bikin pening, bisa dibedakan antara tabungan haji, tabungan pendidikan dll.

>> Tentukan tujuan/target finansial

Hal mendasar setelah membentuk mindset, yang perlu kita lakukan adalah menentukan tujuan/target finansial. Biasanya ini beda tiap orang. Tujuan bisa dipecah jadi jangka pendek atau jangka panjang.

Contoh tujuan finansial jangka pendek yang mungkin kita rencanakan untuk beberapa bulan ke depan:

  • Sedekah/infaq sekian juta
  • Rekreasi keluarga
  • Membeli gadget/laptop baru
  • Membeli kitab/buku yang berjilid-jilid
  • Makan di tempat fancy
  • Membeli barang branded
  • Biaya lahiran istri (bagi yang sudah berkeluarga)
  • dan lain-lain

Contoh tujuan finansial jangka panjang yang mungkin kita rencanakan dalam waktu 3-5 tahun ke depan atau lebih:

  • Menunaikan ibadah haji/umroh
  • Membeli rumah
  • Menambah jumlah aset sekian persen
  • Travelling bareng keluarga
  • dan lain-lain

Tentukan tujuan finansialmu. Saya yakin, saat ini teman-teman pasti punya rencana untuk beberapa waktu ke depan yang akan sedikit banyak mengambil anggaran bulanan kita. Atau rencana jangka panjang yang membutuhkan dana, yang selama ini kita impikan. Ya kaan? Nah untuk itu, merumuskan tujuan dari awal itu sangat penting. Agar kita sadar dan paham, mau dibawa ke arah mana penghasilan bulanan kita selama ini dan dasar gimana kita akan membagi pos pengeluaran bulanan.

Oke, sekarang silakan set the goals dulu ^^

>> Membagi pos pengeluaran

Salah satu inti dari manajemen finansial sebenarnya terletak pada bagaimana kita membelanjakan harta kita. Ada banyak rambu-rambu yang dapat memudahkan kita dalam membelanjakan harta, salah satunya adalah mengaturnya melalui pos pengeluaran.  Menurut banyak ahli finansial, range pos pengeluaran bulanan bisa memakai acuan sebagai berikut:

  • Zakat/infaq/sedekah : 2 – 10 %
  • Tabungan: 10 – 15 %
  • Hutang/cicilan: 0 -30 %
  • Kebutuhan rutin: 10 – 20 %
  • Konsumsi: 20 – 30 %
  • Pendidikan: 10 – 20 %
  • Kesehatan: 5 – 10 %
  • Dana darurat: 5 – 10 %

Adapun jumlah pasti persentasenya dikembalikan lagi sesuai kebutuhan dan tujuan finansial masing-masing orang. Karena tujuan dan prioritas per orangnya pasti beda-beda. Kalau saya sendiri sejauh ini masih nyaman dengan pembagian pos pengeluaran yang disarankan Mbak Prita Ghozie, yaitu:

  • Zakat/infaq/sedekah: 5%
  • Tabungan/investasi: 15%
  • Dana darurat: 10%
  • Kebutuhan: 30-60%
  • Lifestyle: 10%

Pos pengeluaran kebutuhanpun, biasanya per bulannya berbeda. Misal bulan ini, tidak banyak pengeluaran dan hanya butuh 30% dari penghasilan, maka 30% sisanya bisa saya alokasikan ke pos sedekah atau tabungan. Bulan depan, biasanya skala kebutuhan beda lagi. Fleksibel dan mudah diterapkan.

Pos lifestyle biasanya saya gunakan jika ada rencana rekreasi atau hangout bersama teman dekat. Dan rencana ini pun tidak mesti tiap bulan ada. Jika tidak ada rencana jalan-jalan, maka pos ini biasanya saya pakai untuk beli makanan sehat atau beli buku ^^

Pos kebutuhan bulanan ini bisa beragam. Biasanya yang saya masukkan ke pos ini adalah seputar pengeluaran bulanan seperti makanan, jajan, per-sabun-nan, hadiah, skincare, beli buku, ikut online class, pakaian, alat tulis, pulsa, transportasi dll.

Kalau misal pos kebutuhan bulanan bisa konsisten hanya 30% saja, alhamdulillah malah bagus^^. Jadi sisa 30% nya bisa kita alokasikan ke pos tabungan jadi 45%. Kalau di ilmu accounting itu, inti dari manajemen finansial gimana cara cashflow tetap sehat, aset selalu growth, margin nambah.

>> Tips-tips

Tips paling utama adalah “kita harus belajar untuk konsisten“. Konsisten dengan tujuan, konsisten dalam membatasi pengeluaran, konsisten dalam mencatat pengeluaran. Konsistensi adalah kunci. Ilmu atau metode itu ada banyak, aplikasi atau media yang bisa dipakai untuk membantu kita mengatur keuangan pun juga banyak. Tapi buat apa semua itu kalau kitanya sendiri tidak konsisten dengan tujuan kita? Belajar konsisten, dan ini butuh proses dan waktu lama.

Source: Pinterest

Konsisten dalam melakukan pencatatan. Ada aplikasi yang bisa sangat memudahkan kita dalam melakukan pencatatan keuangan, cobain aplikasi Money Pro. Kelebihan aplikasi ini, kita bisa setting persentase pos pengeluaran, dan akan ada sistem reminding kalau spending kita sudah mau mencapai batas persentase. Menurut saya, aplikasi ini termasuk aplikasi yang cukup advance, kurang cocok kalau digunakan untuk pemula, yang proses belajarnya masih menekankan pada kedisiplinan mencatat. Untuk tahap pemula, aplikasi Catatan Keuangan bisa cukup membantu.

Selain dibantu aplikasi, saya sendiri juga lebih nyaman mencatat pengeluaran dan tabungan di buku khusus keuangan. Biasanya ada hari-hari dimana saya bisa skip mencatat via aplikasi, tapi saya selalu punya plot waktu mencatat di buku catatan khusus keuangan. Saya bisa rekap kapanpun tanpa ada hal yang terlewat.

Tapi lagi-lagi ini kembali pada personal dan kebiasaan masing-masing yaa, senyamannya kita aja kayak mana, yang penting jangan lupa untuk belajar konsisten menerapkan manajemen keuangan pribadi. Kalau untuk skala diri sendiri aja keuangan kita gak bisa disiplin, gimana pas dikasih amanah lain?

Jika pas penghasilan kita baru segini, kitanya gak mau belajar ngatur, siapa yang jamin kalau nanti penghasilan kita besar, kita jadi punya skill manajemen keuangan yang bagus?

Belajar, belajar dan belajar….. Semoga sharingnya bermanfaat yaa^^

Hanya Allah yang mampu memberi kita taufiq.

Kota Kembang,
April ke tujuh 2019

 

Referensi:

https://pengusahamuslim.com/6510-arti-penting-harta-dalam-islam.html

2 Comments Add yours

    1. salamfirst says:

      silakan ukhty ^^

Leave a comment