Belajar Cara Ngobrol (Part 2)


Semakin bertambah usia, kita akan semakin menyadari bahwa banyaknya masalah yang tetiba muncul itu ternyata berasal dari cara komunikasi kita yang kurang benar.

Misalnya begini, ada seorang fulanah yang suatu ketika mencurahkan permasalahannya pada saya tentang kebingungannya mengikuti saran orang tuanya mengenai pekerjaan. Orang tuanya ingin agar fulanah menjadi PNS atau pegawai perusahaan ternama. Setelah menjalani serangkaian tes hingga tahap akhir, fulanah ini baru menyadari bahwa apa yang ia lakukan sejauh ini ternyata sangat menganggu hati dan pikirannya. Ia menjalani semua itu karena menuruti kemauan orang tua. Dari dalam hatinya sungguh sebenarnya dia tidak ingin menjadi seorang PNS. Ia memiliki cita-cita sendiri yang bersebrangan dengan keinginan orang tua. Masalah muncul ketika ada keinginan dalam hatinya untuk sengaja tidak ingin meloloskan diri dalam tes tahap akhir, namun di sisi lain dia sangat takut kalau dia harus menyandang status durhaka kepada orang tua karena hal tersebut. Tentu ini momen sulit yang harus dijalani fulanah. Betapa tersiksanya batin saat kita memiliki harapan dan keinginan mengenai sesuatu yang akan kita jalani, namun orang terdekat kita sendiri justru menginginkan kita melakukan hal sebaliknya.

Jika saya pahami, situasi yang dialami fulanah terjadi karena fulanah belum bisa menyampaikan harapan dan keinginan dari hatinya kepada orang tua. Pahami betapa sulitnya keadaan ini karena fulanah adalah tipe orang yang cenderung pendiam dan memendam segala hal sendiri karena takut akan penolakan ketika terjadi perbedaan pendapat. I really do know karena saya juga pernah mengalami momen-momen seperti ini dengan orang rumah. Memiliki pendapat dan sudut pandang sendiri, disaat orang terdekat kita menginginkan kita hal yang sebaliknya, pasti rasanya sulit dan berujung pada situasi uring-uringan.

Ada beberapa curhatan juga yang sampai ke saya mengenai kegundahan seorang akhwat ketika awal-awal menapaki hidayah sunnah namun orang tua justru menentang. Perang batin pastinya. Tapi satu hal yang perlu kita pahami, orang tua mungkin menentang cara berpikir kita, cara kita berpakaian, cara kita bersosialisasi bahkan cara kita bersikap, hal itu semata-mata karena orang tua belum memiliki pemahaman yang memadai seperti yang telah sampai pada pola pikir kita. Dan tugas kita disana justru adalah menjadi media agar orang tua juga memiliki pandangan dan pola pikir seperti kita. Mereka adalah tugas dakwah utama kita. Tentu proses penyampaian ini butuh melibatkan cara berkomunikasi yang tepat.

Source: Unsplash

K O M U N I K A S I. Sederhana kedengarannya? Tentu. Tapi praktiknya sungguh sangat menguras energi dan juga waktu. Saat menghadapi situasi sulit tersebut, lagi-lagi sebenarnya yang perlu kita benahi adalah bagaimana gaya komunikasi kita dengan orang tua, bagaimana cara kita menyampaikan pendapat dan sudut pandang kita agar pihak yang kita ajak bicara mengerti dan memahami bahkan menghargai sudut pandang dan pendapat kita.

Komunikasi itu bukan sekedar bagaimana cara kita menyampaikan saja. Lebih jauh, bagaimana agar orang yang kita ajak bicara benar-benar memahami apa yang kita maksud lantas menghargainya. Begitupun sebaliknya, saat lawan bicara menyampaikan sudut pandangnya kepada kita, maka sebisa mungkin kita juga harus berusaha memahami apa yang menjadi maksud mereka secara gamblang. Inilah tingkatan yang saya maksud lebih sulit dari sekedar menyampaikan. Karena tingkatan ini pastinya juga melibatkan empati, emosi positif, chemistry, juga tidak menyela pembicaraan. Dan tentunya, latihannya akan jauh lebih susah dari sekedar menyampaikan teori.

Terlebih jika sebelumnya kita memang tidak dan belum merasa menemukan gaya komunikasi yang tepat dengan orang-orang terdekat. Maka bagaimana seharusnya cara kita bersikap ketika menghadapi situasi seperti ini? Beberapa tips berikut mungkin bisa dicoba.

  1. Hal pertama yang perlu kita sadari ketika terjadi perbedaan pendapat adalah memahami bahwa orang lain yang memiliki sudut pandang yang berbeda dengan kita, mereka belum sepenuhnya paham mengenai sudut pandang kita. Makanya terjadi crash. Dan tugas kita adalah bagaimana cara membuat lawan bicara kita menjadi paham apa yang sebenarnya ada dalam pikiran kita.
  2. Perbanyak doa karena doa merupakan senjata terampuh orang muslim. Pahami bahwa Allah yang memegang hati setiap jiwa dan hanya Allah yang sanggup membuka serta menutupnya. Maka disamping menyampaikan, tugas kita adalah sangat perlu untuk mendoakan kebaikan pada lawan bicara kita. Doakan agar Allah melembutkan hati mereka sehingga mereka dapat menerima kebenaran yang kita sampaikan, atau setidaknya bisa menghargai apa yang kita sampaikan. Hanya Allah yang mampu mengendalikan dan mengubah sebuah keadaan sulit menjadi mudah. Ketika hendak menyampaikan, maka perbanyaklah membaca doa ini.
Source: Google

3. Kunci ketepatan komunikasi adalah mengasah kepekaan kita untuk mencari waktu yang tepat, suasana yang pas kapan kita bisa mengajak orang lain berdiskusi. Hal ini tentu akan berbeda setiap orangnya. Masing-masing kita dengan sendirinya akan paham situasi kapan kira-kira semua orang sedang enjoy, dan kapan kira-kira semua orang rumah sedang sibuk. Jadi silakan belajar mengolah rasa membaca situasi. Jangan pernah libatkan emosi negatif saat sedang berdiskusi dengan orang tua. Untuk awal-awal, justru kita perlu banyak mengambil posisi untuk mengalah, tapi bukan berarti menyerah. Next time, kita coba lagi dengan cara yang lebih santun, misalnya dengan memberikan hadiah^^

4. Jika memang rasanya sangat sulit dan kikuk untuk awal-awal ketika hendak mengajak orang tua berdiskusi, maka cobalah dengan menulis surat. Dalam surat tersebut sampaikan betapa besar rasa sayang dan cinta kita terhadap keduanya untuk menyadarkan bahwa situasi perbedaan pendapat itu terjadi bukan karena adanya rasa benci. Justru karena rasa sayanglah yang mendorong kita agar apa yang kita pahami dapat juga dipahami oleh orang tua.

5. Bersabar dan jangan menyerah. Satu dua kali mencoba berusaha, hasilnya nihil. Jangan menyerah karena untuk bisa mencapai pemahaman kedua belah pihak tentu akan sangat membutuhkan waktu. Terus coba belajar benahi cara kita berkomunikasi dengan orang-orang terdekat terlebih orang tua, sembari terus panjatkan doa. Allah lah yang menilai ketulusan kita. Sungguh, saya percaya suatu saat kemudian tentu Allah akan memberikan kemudahan. Mungkin belum sekarang. Tapi lusa, minggu depan, tahun depan atau bahkan 5 tahun lagi, siapa tahu Allah bukakan dan lembutkan hati mereka untuk bisa memahami apa yang kita maksud selama ini. Jadi mari bersabar dan terus berusaha.

Kompromi adalah seni, yang selamanya tak bisa mengandalkan ego dan kemampuan logika. Mungkin yang sekarang menghadapi situasi sulit seperti di atas, semoga Allah memberikan kesabaran yang luas dalam hati kita agar kuat dan bisa menjalaninya. Semoga dari momen-momen sulit seperti ini yang kita alami, kita jadi bisa berpikir lebih dewasa dan belajar bagaimana cara mengambil sikap. Tulisan ini akan berlanjut insyaAllah. Semoga ada manfaat yang bisa dipetik oleh pembaca. Terimakasih karena sudah menyempatkan mampir kesini ^^


Sudut kamar tosca
4 Syawwal 1441H

Leave a comment